Bantul (6/3) – Bagi masyarakat Jawa, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah ‘Trah’. Trah ialah garis silsilah keturunan. Biasanya agenda Trah ini menggelar pertemuan dengan keluarga besar dilakukan satu tahun sekali pada saat lebaran dalam rangka halal bi halal. Namun ada juga yang menggelarnya satu bulan sekali dengan agenda rutin arisan keluarga.
Trah ini dibuat bukan tanpa tujuan. Tujuan pertama ialah ‘ngumpulke balung pisah‘ (mengumpulkan saudara-saudara yang terpisah) dan yang paling penting ialah menjaga budaya dalam garis keturunan tersebut.
Kegiatan rutin Trah Nitiduriyo dilakukan dalam waktu tiga bulan sekali. Setiap kumpulan trah diisi dengan pengajian. Dalam kesempatan itu, mendatangkan pemateri dari mubaligh LDII Bantul yakni Ustadz Gunawan.
Ia mengkajikan Alquran dan Alhadist Shohih Bukhori kepada 70 peserta yang bertempat di rumah H. Sandiyono, Ngepet, Srigading, Sanden, Bantul.
Pada pengkajian Alquran, Ust. Gunawan menyampaikan tentang mengesakan Allah dan tidak boleh menyekutukan Allah. Sementara Alhadist mengkaji tentang permulaan turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW.
“Sebagai orang Islam, dalam setiap perbuatan kita merujuk pada Alquran dan Alhadist. Dengan mengkaji Alquran dan Alhadist ini sudah benar dan tepat sebagai pedoman kita dalam beribadah kepada Allah,” terangnya.
Selain itu, sebagai warga negara yang hidup di tengah-tengah masyarakat, pihaknya berpesan agar berperilaku yang baik, saling menjaga kerukunan dengan tetap merujuk pada ketentuan Allah Rasul.