Rubiyo, Ketua DPP LDII sekaligus Profesor Riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Jakarta (6/2) – Pemerintah menargetkan penghentian impor beras, jagung pakan, dan gula pada tahun 2025 sebagai langkah strategis menuju kemandirian pangan. DPP LDII menyambut baik kebijakan ini karena sejalan dengan upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Ketua DPP LDII, Rubiyo, menyatakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam dan tenaga kerja yang melimpah, namun pengelolaannya perlu dioptimalkan, terutama dalam mencegah alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian. “Sehingga sangat memungkinkan untuk tidak impor beras misalnya. Meskipun, saat ini terjadi pula konversi lahan sawah pertanian,” ujar Rubiyo.
Sebagai Profesor Riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rubiyo menyoroti dampak berkurangnya lahan pertanian terhadap pemenuhan kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Ia menekankan perlunya ekspansi lahan pertanian untuk berbagai komoditas utama seperti padi, jagung pakan, dan tebu.
Lebih lanjut, ia mengapresiasi langkah pemerintah dalam mengintensifkan sektor pertanian. “Bersamaan dengan pengembangan inovasi teknologi. Seperti menanam varietas unggul baru yang adaptif serta mampu berproduksi tinggi, dan tahan terhadap hama dan penyakit tanaman,” jelasnya.
Selain itu, pemerintah juga telah mengembangkan teknologi pemupukan serta pemanfaatan alat dan mesin pertanian guna meningkatkan efisiensi dalam proses tanam dan panen. “Tidak kalah penting, peningkatan kelembagaan dan sumber daya petani,” katanya.
Dalam aspek infrastruktur, Rubiyo menegaskan bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia perlu menyesuaikan teknologi pertanian dengan kondisi agroekosistemnya. “Termasuk teknologi yang diintroduksikan, seperti varietas tanaman dan alat mesin pertanian untuk mendukung kapasitas produksi dan mutu hasil pertanian yang diharapkan,” ungkapnya.
Rubiyo juga menekankan pentingnya diversifikasi pangan dengan mengoptimalkan sumber daya lokal. “Tingkatkan potensi pangan lokal di daerah. Misalnya NTT untuk jagung atau sorgum, kemudian Papua dengan umbi dan sagu,” imbuhnya.
Sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan pemerintah, LDII turut berperan dalam pengembangan pertanian berbasis kemandirian. Salah satu langkah nyata adalah pengembangan kebun benih sorgum berkualitas unggul. “Kami telah membangun kebun benih sorgum seluas satu hektare di Blora, Jawa Tengah. Jika menghasilkan 20 ton benih, maka akan mampu memenuhi kebutuhan benih untuk 400 hektar,” pungkas Rubiyo.